Header AD

MAIN BARENG SAUDARI TIRI Part 1

SAUDARI TIRI Part 1




Kenalkan nama saya Don, waktu SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. ibu menikah dengan orang ini karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan sexy abis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara.



Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah.
“Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar.
Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai deh surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran.
“Don, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja.
Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
“Lus..! nih bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
“Lus.. kamu Dongong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.

“Eh.. iya, Don kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.

“Eeh… kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
“bener nih, kamu kagak bilang?” katanya ragu. 
“Suwer deh!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.
Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
“Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
“Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
Wah gila juga nih cewek, diam-diam nakal juga.
“Kalau ML?” tanyaku lagi.
“Belom,” katanya, “Tapi… kalo sendiri sich sering.” 
Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Doni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.

Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.

“Lus, kamu terangsang yah, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nih Don, Bentar yah aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
“Eh… ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
“Kasihanilah si Doni kecil,” kataku.
“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak deh,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut deh,” kataku memancing.
Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku
“Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya.
Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.   Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya.
 “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil.
 “Terserah kaulah,” kataku.
 “Yang penting kau akan kupuaskan.”
Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya.
 “Don, kamu tiduran deh, kita pake ‘69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya.
Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya. Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya.
“Jangan hentikan Don… Ah… percepat Don, aku mau keluar nih! ah… ah… aahh… Don… aku ke.. luar,”
katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
“Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nih,” pintaku.
“Bentar dulu yah, aku lagi capek nih,” jelasnya.
 Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.
“Lus, aku masukkin sekarang yah,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.
“Jangan Don… entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
“Kamu udah mens belom?” tanyaku.
“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,             
                           

“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”





“Ah… ah… ahh…! sakit Don, a.. ah… ahh, pelan-pelan, aa… aah… aahh…!” katanya berteriak nikmat.





“Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style deh!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.







Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.



“Ah… a… aa ah…” teriaknya.





“Sakit lagi Don… a.. aa… ah…”





“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.





“Don,. ah pengen… ah.. a… keluar lagi Don…” katanya.





“Tunggu sebentar yah, aku juga pengen nih,” balasku.





“Cepetan Don, enggak tahan nih,” katanya semakin menegang.





“A… ah… aahh…! yah kan keluar.”





“Aku juga Say…” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.


Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.



“Lus kamu enggak perawan yah,” tanyaku.





“Iya Don, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah deh,” jelasnya.





“Don ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.”





”Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”





“Siapa sih yang bisa nolak ‘Doni Junior’,” katanya mesra.  



Agen Ceme Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.

Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku. 



Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.



“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.





“kamu mulai nakal Don, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.





“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.





“kamu tidak sadar yah, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.


                                        khusus yang kuat iman


“Aku emut yah.”


Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
“Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Doni Junior’ dong!”  
“Aku udah kepengen berat Don!” katanya lagi.
“Mending seperti biasa, kita pake posisi ‘69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.
Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

“Aah… ahh…” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
“Don! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. ahh.. ahh..”
“kamu juga makin pinter ngulum ‘Doni’ kecil,” kataku lagi.
“Don, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yah, aa.. ahh..” katanya sambil mendesah.
“Cukup sekali aja nembaknya, taapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maa ac… ah…” katanya sambil menikmati jilatanku.
“Tapi Don aku.. ma.. u.. keluar nih! Ah.. a… aahh…” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.
“Kayaknya kamu harus dua kali deh!” kataku sambil merubah posisi.
“Ya udah deh, tapi sekarang kamu masukin yah,” katanya lagi.

“Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
“Siap-siap yah!”
“Ayo deh,” katanya.
“Ah… a… ahh…” desahnya ketika kumasukkan penisku.
“Pelan-pelan dong!”
“Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.
“Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
“Bentar lagi Don,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil bercumbu dong Don!”
Tanpa disuruh dua kali aku langsung mencumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.

“Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.
”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.
“Don pacar aku itu enggak tau loh soal beginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
“Ah yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
“Ah.. be.. ner.. kok Don, a.. aa… ah.. ahh,” katanya terputus-putus.
“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, ahh… aa… ahh… aku percepat yah Don,” katanya.

Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
“Kamu udah ngerti gimana enaknya, Bentar lagi kayaknya aku bakal keluar deh,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
“Ahh… ah… Bentar lagi nih.”
“Tahan Don!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.

“Aku juga Don, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
 Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan…
“Ahh… a… ahh… ahh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
“Aku juga Don…” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
“Ah… ah… aa.. ah…” desahnya.
“Aku tidur di sini yah, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.


Sebelumnya                                                                                                      Selanjutnya
MAIN BARENG SAUDARI TIRI Part 1 MAIN BARENG SAUDARI TIRI Part 1 Reviewed by K86Sport on November 24, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar